Tujuan
dan Prinsip Akuntansi
Akuntansi dan laporan keuangan adalah
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.. Akuntansi merupakan media informasi yang
disusun manajemen sebagai pengelola bisnis yang diperuntukkan untuk kepentingan
publik. Informasi akuntansi yang dibuat manajemen inilah Laporan Keuangan, yang
meliputi,gambaran kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (LPK) dan
informasi hasil usaha pada periode tertentu. Informasi inilah yang dijadikan
dasar pengambilan keputusan para pemegang kepentingan (investor, pemilik modal,
kreditor, analis, regulator, pemerintah, karyawan dan masyarakat). Dimana
penyusunannya harus sesuai prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Bisa
diambil kesimpulan bahwasanya tujuan dari akuntansi adalah menyediakan
informasi berupa laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan para
pemegang kepentingan.
Menurut APB Statement No.4 (AICPA,
1973), tujuan laporan keuangan ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umumnya adalah menyediakan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
Sedang tujuan khususnya adalah memberikan informasi tentang kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,
serta informasi lainnya yang relevan. Laporan keuangan haruslah mengandung
sifat relevan dan materialitas, substance
over form, reability, bebas dari bias, comparability,
konsisten dan dapat dipahami. (Harahap, 2011)
Untuk dapat mencapai tujuan akuntansi
dan tujuan laporan keuangan perlu diketahui
perbedaan antara postulat, konsep, prinsip, dan standar (tekhnik) akuntansi.
Menutut
Harahap (2011), Postulat merupakan asumsi dasar yang terkait dengan lingkungan
bisnis tempat akuntansi beroperasi. Konsep akuntansi, yaitu pernyataan yang
dapat membuktikan kebenaran atau aksioma yang sudah diterima umum karena sesuai
dengan tujuan laporan keuangan. Prinsip merupakan pendekatan umum yang
digunakan dalam pengakuan dan pengukuran kejadian akuntansi. Sedangkan standart
(tekhnik) akuntansi merupakan peraturan khusus yang berisikan tentang bagaimana
standart perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi yang di
alami suatu entitas.
Prinsip
Akuntansi seperti yang kita ketahui yaitu;
-
Historical Cost Principle adalah
prinsip akuntansi yang mengakui setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukaran atau harga perolehannya pada tanggal perolehan.
- Unit of Measure adalah prinsip
akuntansi yang menyajikan kejadian-kejadian keuangan yang dapat diukur dengan
uang.
- Monetary unit adalah prinsip akuntansi yang mengharuskan menggunakan satuan
hitung dalam suatu satuan moneter untuk menyatakan nilai
uang.
- Conservatisme. Konsep ini didasarkan setiap
pendapatan tidak boleh diakui dan dicatat sebelum pendapatan tersebut
diperoleh, tetapi semua kerugian dan beban boleh dicatat asalkan sudah
diperhitungkan. Tujuannya untuk mencegah jangan sampai pendapatan bersih yang
dicatat terlalu tinggi (over stated).
-
Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi
yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang
ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau
kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap
itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan
(Harahap,2001).
-
Materiality,
merupakan besarnya nilai salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, dapat berakibat fatal saat pengambilan keputusan
ekonomi yang dilakukan oleh pemegang kepentingan akibat salah saji informasi
tsb. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat.
Inflasi
Pengertian Inflasi
Dalam
ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue). Ini berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Penggolongan Inflasi
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu ;
-
Inflasi ringan
terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;
-
Inflasi sedang
antara 10%—30% setahun;
-
Inflasi berat
antara 30%—100% setahun;
-
hiperinflasi atau
inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Dampak Inflasi
Dampak Inflasi dapat beerdampak
negative ataupun positif. Ini tergantung pada parah tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, memiliki pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
jika terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang tidak
bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk
dari waktu ke waktu.
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit
Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi
yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang
ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau
kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap
itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan
Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah mendengar ada valuta yang
memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau
daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya belinya
justru menurun (inflasi). Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 %,
pada tahun 1999 saja tingkat inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini
menunjukkan bahwa prinsipStable Monetary Unit hanya dalam asumsi
tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk memudahkan
perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.
Permasalahan
diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan laporan
keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat
didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari permasalahan
tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa
menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat
informasi atau laporan suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan
keuangan, selain itu terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inflasi.
Akuntansi
inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari
inflasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga
laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku
saat itu bukan lagi harga historis.
Akuntansi Inflasi
Metode
dalam akuntansi Inflasi sama dengan metode penentuan laba. Penekanan dalam
penentuan laba yang lebih relevan adalahh yang digambarkan oleh laporan
keuangan, sedangkan dalam akuntansi inflasi adalah nilai semua item yang
teerdapat dalam laporan keuangan.
Dalam
akuntansi Inflasi, ada beberapa metode untuk menyusun laporan keuangan saat
dalam kondisi inflasi agar penyusunan laporan keuangan dianggap relevan, yaitu
sbb ;
a. General Price Level
Dalam
GPL, metode historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga
pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL
sbb;
-
Dapat menjelaskan
pengaruh inflasi pada perusahaan
-
Dapat
meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
-
Membantu pemakai
laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik
-
Memperbaiki
tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka
laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL
sbb;
-
Inflasi itu
terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa
disamaratakan
-
GPL tidak
bermakna bagi perusahaan
-
Angka yang
disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
-
Rasio itu adalah
indikator mentah
b. Current Cost
Accounting
Menurut
Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep
CCA, yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba. Dalam membuat
keputusan tersebut manager perlu merumuskan pengharapan tentang kejadian masa
yang akan datang. Agar suatu informasi dapat berguna maka, kejadian sekarang
harus dinilai pada saat ini bukan dinilai dengan masa lalu. Jika nilai masa
lalu dan nilai masa depan digabungkan maka menimbulkan kebingungan.
Berikut adalah bentuk current cost sebagai berikut ;
·
Replacement Cost adalah nilai yang diukur saat ini (current
cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas
produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada
aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan
menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah
dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa
inflasi sering terjadi backlog
depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pos Kewajiban biasanya
tidak dinilai sebab, seperti pos moneter lainnya jumlahnya disajikan dalam
nilai uang. Kemungkinan yang berbeda hanya untuk utang jangka panjang yang
memiliki tingkat bunga yang berbeda antara harga pasar dan bunga yang
ditetapkan. Dalam penyajiannya hutang ini harus disajikan nilai diskontonya.
Pada masa inflasi nilai dari replacement value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini
dikritik dalam hal :
- Subjektivitas
penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan
pada transaksi yang sebenarnya.
- Dalam hal harga
suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba
rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban
pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost.
-
Perubahan harga
umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk
aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan
merupakan metode akuntansi inflasi
-
Sukar melakukan
perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada
kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan
dalam akuntansi inflasi.
·
Reproduction Cost
Ini adalah istilah lain yang hampir sama
dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang
jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa
melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu.
Jika suatu aktiva direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya
nilainya sama dengan replacement cost. Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku
pada metode replacement cost berlaku
juga pada metode reproduction cost
ini.
·
Net Realizable
Value
Harga pasar
sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual
sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip
akuntansi. Salah satu metode current
market value ini adalah net
realizable value.
NRV merupakan
harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini lebih besar dari
replacement cost karena manajemen
tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung
berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan
dengan pada akhir periode.
·
Selling Price
Dalam Selling Price nilai yang dipakai adalah
harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang
disusun menurut selling price ini
akan lebih besar daripada net realizable
value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
·
Expected Value
Dalam metode expected value sangat tergantung pada
pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan
metode lain karena expected value ini
merupakan gambaran dari present value
kas di masa yang akan datang.
Monetary Non-Monetary Items
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai
atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau
kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang
akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini
adalah nilai historis dan nanti nilai net
realizable value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga
menggambarkan nilai sekarang (current
value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk
mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan
datang.
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak
ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga
sekarang. Contoh lainnya adalah biaya yang dibayar dimuka, investasi dalam
saham, utang pajak tertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten, aktiva tidak berwujud lainnya, dan kontrak
penjualan.
Model Akuntansi
Ada tiga model
akuntansi yang berbeda, yaitu :
- Historical Cost Accounting
- Replacement Cost Accounting
- Net Realizable Value Accounting
1. Atribut yang akan
dinilai
Atribut
yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut sebagai berikut :
·Dalam
model Historical Cost Accounting,
Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar
untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam
unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
·Dalam
model Replacement Cost Accounting,
atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk
memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang
akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
·Dalam
model Net Realizable, atribut yang
dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan
menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus
kewajiban itu sekarang.
·Dalam
model Present Value atau Capitalized
Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan
akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan
akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Atribut
itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
- Fokus penilaian dapat berupa masa
lalu (historical cost), masa
kini (replacement cost dan net
realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
- Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan
transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present
value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.
- Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada
kejadian yang sebenarnya, present
value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net
realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis
(anggapan).
2.
Unit
of Measure
Ada
dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
-
Unit Moneter
(Uang)
Dalam model ini
yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
-
Unit Daya Beli
(Purchasing Power)
Dalam model ini
yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila
waktunya berbeda.
Penilaian dan Perbandingan terhadap Model
Akuntansi
Dalam
menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi, model Present Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa alasan
kelemahannya yaitu ;
- Sukarnya menaksir penerimaan kas
di masa yang akan datang.
- Pemilihan tingkat diskonto yang
sangat bervariasi
- Alokasi arbitrer dari taksoran
arus kas dalam menilai aset
- Alokasi arbitrer dan taksiran
arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam menilai dan
membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah :
a.
Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing
error)
Timing error timbul akibat perubahan nilai
yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan
dilaporkan pada periode yang lain. Sebaiknya adalah setiap kejadian dalam
periode tersebut adalah dicatat dan dilaporkan dalam periode tersebut. Namun,
yang lebih idealnya adalah perhitungan laba dilakukan dalam keseluruhan proses
kegiatan perusahaan.
b.
Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit
errors)
Kesalahan akibat alat ukur terjadi apabila
laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga
beli dari mata uang tersebut. Idealnya tenaga beli uang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menyusun laporan keuangan.
c.
Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah
pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan kita harus memahami masalah
pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat
dipahami maka kita harus menggunakan rumus :
“Jika…………………,
maka………………….” atau (if……….them).
Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran
keuangan akan memahami arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang
menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit
sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah
rupiah (Number of Dollars = NOD).
Demikian juga jika kita gunakan konsep
Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan
jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value
yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau
Command of Goods (COG).
d.
Relevansi
Informasi
akuntansi harus relevan artinya bermanfaat bagi pemakainya, khususnya digunakan
dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada
masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG, sukar bagi
pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu
akuntansi yang lebih mendalam.
Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk
memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini
kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan
memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-,
utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko
Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,-
per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,-
per unit.
Sementara
itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari
1
|
Mei
1
|
Desember
1
|
|
Replacement Cost
|
10
|
12
|
13
|
Net Realizable Value
|
–
|
15
|
17
|
General Price Level Index
|
100
|
130
|
156
|
1.
Alternatif
dengan Melihat Sudut “Unit of Money”
Alternatif
dengan melihat sudut “ unit of money”
adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu. Untuk itu, model yang
digunakan adalah :
-
Historical Cost Accounting
-
Replacement Cost Accounting
-
Net Realizable Value Accounting
Analisis
perbedaaan akibat waktu
2.
Alternatif
dengan Menggunakan Model Akuntansi yang diukur dengan Unit Tenaga Beli Umum (General Purchasing Power)
Dalam model ini yang kita bahas adalah:
-
General Price
Level Adjusted Historical Accounting
-
General Price
Level Adjusted Replacement Cost Accounting
-
General Price
Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
Dengan menggunakan ilustrasi diatas, maka
laporan keuangannya adalah sebagai berikut ;
Analisis
Tipe Kesalahan Masing-Masing Model
No
|
Accounting Model
|
Timing error
|
Measureng-Unit Error
|
Interpretation
|
Relevance
|
||
Operating Profit
|
Holding Gains
|
NOD
(Number of dollars)
|
COG
(Command of Goods)
|
||||
1
|
Historical-cost accounting
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
2
|
Replacement-cost
|
Ya
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
Laba
Rugi
|
Ya
Harta
|
Ya
Harta
|
3
|
Net-realizable-value accounting
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
Laba
Rugi dan Utang
|
Ya
Aktiva
Moneter dan Utang
|
Aktiva
Moneter
|
4
|
General price-level-adjusted
historical cost accounting
|
Ya
|
Ya
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
5
|
General Price-level-adjusted
replacement-cost accounting
|
Ya
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
|
6
|
General Price-level-adjusted
net-realizable-value accounting
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar