Akuntansi Inflasi, Model Penilaian Dan Penentuan Laba


Tujuan dan Prinsip Akuntansi
Akuntansi dan laporan keuangan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.. Akuntansi merupakan media informasi yang disusun manajemen sebagai pengelola bisnis yang diperuntukkan untuk kepentingan publik. Informasi akuntansi yang dibuat manajemen inilah Laporan Keuangan, yang meliputi,gambaran kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (LPK) dan informasi hasil usaha pada periode tertentu. Informasi inilah yang dijadikan dasar pengambilan keputusan para pemegang kepentingan (investor, pemilik modal, kreditor, analis, regulator, pemerintah, karyawan dan masyarakat). Dimana penyusunannya harus sesuai prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Bisa diambil kesimpulan bahwasanya tujuan dari akuntansi adalah menyediakan informasi berupa laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan para pemegang kepentingan.
Menurut APB Statement No.4 (AICPA, 1973), tujuan laporan keuangan ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah menyediakan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. Sedang tujuan khususnya adalah memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan. Laporan keuangan haruslah mengandung sifat relevan dan materialitas, substance over form, reability, bebas dari bias, comparability, konsisten dan dapat dipahami. (Harahap, 2011)
Untuk dapat mencapai tujuan akuntansi dan tujuan laporan keuangan perlu diketahui perbedaan antara postulat, konsep, prinsip, dan standar (tekhnik) akuntansi.
Menutut Harahap (2011), Postulat merupakan asumsi dasar yang terkait dengan lingkungan bisnis tempat akuntansi beroperasi. Konsep akuntansi, yaitu pernyataan yang dapat membuktikan kebenaran atau aksioma yang sudah diterima umum karena sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Prinsip merupakan pendekatan umum yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran kejadian akuntansi. Sedangkan standart (tekhnik) akuntansi merupakan peraturan khusus yang berisikan tentang bagaimana standart perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi yang di alami suatu entitas.
Prinsip Akuntansi seperti yang kita ketahui yaitu; 
-      Historical Cost Principle adalah prinsip akuntansi yang mengakui setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukaran atau harga perolehannya pada tanggal perolehan.
-    Unit of Measure adalah prinsip akuntansi yang menyajikan kejadian-kejadian keuangan yang dapat diukur dengan uang.
-   Monetary unit adalah prinsip akuntansi yang mengharuskan menggunakan satuan hitung dalam suatu satuan moneter untuk menyatakan nilai uang.
-   Conservatisme. Konsep ini didasarkan setiap pendapatan tidak boleh diakui dan dicatat sebelum pendapatan tersebut diperoleh, tetapi semua kerugian dan beban boleh dicatat asalkan sudah diperhitungkan. Tujuannya untuk mencegah jangan sampai pendapatan bersih yang dicatat terlalu tinggi (over stated).
-      Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan (Harahap,2001).
-      Materiality, merupakan besarnya nilai salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat berakibat fatal saat pengambilan keputusan ekonomi yang dilakukan oleh pemegang kepentingan akibat salah saji informasi tsb. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

Inflasi
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue). Ini berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Penggolongan Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu ;
-      Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;
-      Inflasi sedang antara 10%—30% setahun;
-      Inflasi berat antara 30%—100% setahun;
-      hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Dampak Inflasi
                Dampak Inflasi dapat beerdampak negative ataupun positif. Ini tergantung pada parah tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, memiliki pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, jika terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit
Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah mendengar ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya belinya justru menurun (inflasi). Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 %, pada tahun 1999 saja tingkat inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini menunjukkan bahwa prinsipStable Monetary Unit hanya dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk memudahkan perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.
Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan laporan keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat didalamnya tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari permasalahan tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat informasi atau laporan suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.

Akuntansi Inflasi
Metode dalam akuntansi Inflasi sama dengan metode penentuan laba. Penekanan dalam penentuan laba yang lebih relevan adalahh yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan dalam akuntansi inflasi adalah nilai semua item yang teerdapat dalam laporan keuangan.
Dalam akuntansi Inflasi, ada beberapa metode untuk menyusun laporan keuangan saat dalam kondisi inflasi agar penyusunan laporan keuangan dianggap relevan, yaitu sbb ;
a.       General Price Level
Dalam GPL, metode historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL sbb;
-      Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
-      Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
-      Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik
-      Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL sbb;
-      Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamaratakan
-      GPL tidak bermakna bagi perusahaan
-      Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
-      Rasio itu adalah indikator mentah
b.      Current Cost Accounting
Menurut Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep CCA, yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba. Dalam membuat keputusan tersebut manager perlu merumuskan pengharapan tentang kejadian masa yang akan datang. Agar suatu informasi dapat berguna maka, kejadian sekarang harus dinilai pada saat ini bukan dinilai dengan masa lalu. Jika nilai masa lalu dan nilai masa depan digabungkan maka menimbulkan kebingungan.
        Berikut adalah bentuk current cost sebagai berikut ;
·         Replacement Cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pos Kewajiban biasanya tidak dinilai sebab, seperti pos moneter lainnya jumlahnya disajikan dalam nilai uang. Kemungkinan yang berbeda hanya untuk utang jangka panjang yang memiliki tingkat bunga yang berbeda antara harga pasar dan bunga yang ditetapkan. Dalam penyajiannya hutang ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini dikritik dalam hal :
-     Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.
-    Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost.
-      Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inflasi
-      Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan dalam akuntansi inflasi.
·         Reproduction Cost
Ini adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu. Jika suatu aktiva direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya nilainya sama dengan replacement cost.  Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost berlaku juga pada metode reproduction cost ini.
·         Net Realizable Value
Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net realizable value.
NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode.
·         Selling Price
Dalam Selling Price nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
·         Expected Value
Dalam metode expected value sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.

Monetary Non-Monetary Items
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang.
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang. Contoh lainnya adalah biaya yang dibayar dimuka, investasi dalam saham, utang pajak tertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten, aktiva tidak berwujud lainnya, dan kontrak penjualan.
Model Akuntansi
Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu :
  1. Historical Cost Accounting
  2. Replacement Cost Accounting
  3. Net Realizable Value Accounting
1.       Atribut yang akan dinilai
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut sebagai berikut :
·Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
·Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
·Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
·Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
  • Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
  • Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.
  • Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).
2.       Unit of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
-      Unit Moneter (Uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
-      Unit Daya Beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda.

Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi, model Present Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa alasan kelemahannya yaitu ;
  1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.
  2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
  3. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset
  4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah :
a.      Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain. Sebaiknya adalah setiap kejadian dalam periode tersebut adalah dicatat dan dilaporkan dalam periode tersebut. Namun, yang lebih idealnya adalah perhitungan laba dilakukan dalam keseluruhan proses kegiatan perusahaan.
b.      Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut. Idealnya tenaga beli uang harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun laporan keuangan.
c.       Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus :
“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).
Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of Dollars = NOD).
Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of Goods (COG).
d.      Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya bermanfaat bagi pemakainya, khususnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG, sukar bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi yang lebih mendalam.

Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1
Mei 1
Desember 1
Replacement Cost
10
12
13
Net Realizable Value
15
17
General Price Level Index
100
130
156

1.       Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money
Alternatif dengan melihat sudut “ unit of money” adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu. Untuk itu, model yang digunakan adalah :
-      Historical Cost Accounting
-      Replacement Cost Accounting
-      Net Realizable Value Accounting
Analisis perbedaaan akibat waktu

2.       Alternatif dengan Menggunakan Model Akuntansi yang diukur dengan Unit Tenaga Beli Umum (General Purchasing Power)
Dalam model ini yang kita bahas adalah:
-      General Price Level Adjusted Historical Accounting
-      General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
-      General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
Dengan menggunakan ilustrasi diatas, maka laporan keuangannya adalah sebagai berikut ;

Analisis Tipe Kesalahan Masing-Masing Model
No
Accounting Model
Timing error
Measureng-Unit Error
Interpretation
Relevance
Operating Profit
Holding Gains
NOD
(Number of dollars)
COG
(Command of Goods)
1
Historical-cost accounting
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
2
Replacement-cost
Ya
Hilang
Ya
Ya
Laba Rugi
Ya
Harta
Ya
Harta
3
Net-realizable-value accounting
Hilang
Hilang
Ya
Ya
Laba Rugi dan Utang
Ya
Aktiva Moneter dan Utang
Aktiva Moneter
4
General price-level-adjusted historical cost accounting
Ya
Ya
Hilang
Ya
Ya
Ya
5
General Price-level-adjusted replacement-cost accounting
Ya
Hilang
Hilang
Hilang
Ya
Ya
6
General Price-level-adjusted net-realizable-value accounting
Hilang
Hilang
Hilang
Hilang
Ya
Ya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar